Orang Tua Digital

Halo sahabat eMTs gimana kabarnya ni, lama ya kita gak saling sapa....hihihihi. Soalnya habis bangun meditasi nih, tengok dunia luar wow bikin mata mengerucut. Kalo begitu boleh ya sharing pengalaman waktu tengok dunia luar....xixixixi dan nanti kalo tulisannya ga rapi maap-maap ya soalnya baru bangun :)

Suatu senja, di salah satu pusat perbelanjaan di kota Kebumen. Seorang ibu sedang menebar senyum, entah dengan siapa. Tapi bukan kepada orang di sekitarnya, bukan pula kepada anaknya yang masih balita di sampingnya. Tampak sangat asik sekali. Sementara suaminya duduk berhadapan, sejajar dengan anak lelaki meraka, juga tengah asik dengan gadget ukuran cukup lebar di tangannya. Mungkinkah suami-istri itu sedang asik bercanda melalui gadget? Sepertinya tidak. Ekspresi mereka menunjukkan keasikan yang berbeda.

Anak lelakinya sesekali merajuk dengan maksut merebut perhatian mereka, tetapi dengan cekatan ibunya menepis dan kadang agak ketus. Anak itu tetap berusaha merebut perhatian ibunya tetapi selalu gagal. Lalu ia mencoba merebut perhatian ayahnya. Hasilnya tetap sama, gagal. Tiba-tiba ibunya dengan wajah penuh semangat berbicara pada anaknya, meminta berdiri, lalu berpose sejenak untuk diambil gambarnya melalui gadget. Belum puas sekali lagi anaknya diminta bergaya. Senyum lebar tampak dari keduanya. Sesudahnya ibu itu kembali tenggelam dengan gadgetnya, membiarkan anak lapar perhatian mereka.

Tak kehilangan akal anak itu lalu menendang trolley belanjaan. Ibunya segera merenggut tangannya dan memelototinya dengan marah. Gagal menenangkan anaknya, meskipun usahanya belum seberapa ibu itu segera minta suaminya turun tangan. Tak kalah galak, ayah anak balita malang itu segera menampakkan kemarahan dan memaksanya diam. Tapi anak itu terus berontak. Dan anak itu baru bisa tenang setelah jurus ancaman ayahnya di gunakan dengan meninggalkannya di tempat itu sendiri.

Pemandangan menyedihkan. Inilah orangtua digital yang luar biasa sibuk, bukan karena sibuk dengan pekerjaan, tetapi karena banyaknya percakapan di sosmed (sosial media) yang mereka ikuti. Orang tua memperoleh keasikan dengan gadgetnya, sementara anaknya menderita kelaparan perhatian. Dalam hati kecil saya bertanya? Apakah saya termasuk orang tua digital yang menganggap semua persoalan dapat diselesaikan dengan update status di sosmed. Mesra di medsos tapi kering dalam berbincang tatap muka. Penuh jempol di halaman sosmed, tetapi yang bergerak hanya jari tengah dan telunjuk. Bukan jempolnya sendiri.

Pada anak-anak balita, mereka tak dapat mengimbangi dengan aktivitas internet. Tetapi mereka pun mulai menikmati belajar dunianya sendiri dengan gadget, game dan tontonan sembali pelan-pelan belajar menganggap kehadiran orangtua sebagai gangguan. Di saat seperti itu, masihkah kita berharap tutur kata kita akan mereka dengar sepenuh hati?

Ya Allah hamba mohon ampun atas lalai, lengah dan teledor hamba terhadap anak-anak dan keluarga. Tapi bukankah kita tidak dapat mengelak dari kehidupan digital? Emmm.... Mungkin ya, mungkin tidak.

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.