Bila Hanya Peduli dengan Perasaan
Perasaan itu sangat mudah termanipulasi oleh karena karakternya, atau karena kuatnya unsur lain yang mengelabuhinya. Maka rasa peduli, misalnya bisa berubah menjadi amarah, lantaran informasi dari luar yang terus menerus menggerus perasaan itu.
 
Maka kita menyaksikan ribuan orang membakar kantor-kantor pemerintah dalam kemarahan yang memuncak. Padahal tidak semua ribuan orang tersebut mempunyai kaitan langsung dengan perkara yang mereka lawan. Setelah pembakaran yang penuh murka itu, tidak serta merta hidup mereka melompat lebih baik. Mungkin segelintir orang mengambil faedah atas kejadian tersebut, tapi ribuan yang lain kembali hidup seperti sediakala.
 
Perasaan itu memang sangat mudah termanipulasi. Karena tabiat dasarnya, atau karena pengaruh kuat dari apa yang merasukinya. Maka rasa prihatin sekalipun bisa berubah menjadi luapan benci. Maka kita dapati di dunia nyata orang dengan mudah menyelesaikan utang piutang dengan pembunuhan. Yang lain gagal mengatasi rasa kasihannya pada diri sendiri, hingga tega membunuh anaknya lalu bunuh diri. Yang lain lagi melompat dari atap gedung hingga tewas karena tekanan keluarga.
 
Perasaan itu mudah termanipulasi. Setiap hari banyak yang rela diaduk-aduk perasaannya oleh gelombang berita yang mengatasnamakan kepedulian. Maka kita saksikan di dunia maya para pengumpat berlindung di balik nama tak jelas, menghambur caci maki atas suatu cerita maupun berita. Lucunya lagi, dengan itu mereka merasa telah peduli. Ruang publik yang kian maju oleh teknologi konektifitas, gagal kita jadikan ajang berbagi ide yang bermutu dan bertukar gagasan berkelas. Bahkan dalam kita bertutur pun, kita tak benar-benar menunjukkan cara peduli yang benar. Tiba-tiba dimana-mana ada kebencian, tetapi pada saat yang sama kita tidak mengubah diri untuk menjadi lebih baik.
 
Kita memang harus peduli pada berbagai kasus yang menganggu negeri ini maupun sekitar kita. Tetapi peduli hanya dengan perasaan saja bisa sangat rentan terprovokasi. Lalu berubah menjadi gejolak yang meledak-ledak tetapi rapuh, riuh gemuruh tapi tidak kongkrit. Kita menyikapi masalah dengan masalah yang lebih buruk, Emosi kita bisa tersulut oleh kepedulian. Tapi kepedulian bisa berubah menjadi emosi yang merusak karena KETIDAKTAHUAN.
 
Kita memerlukan kepedulian dengan basis lain : pengetahuan yang mendalam. Tetapi pengetahuan mendalam hanya bisa diperoleh dari informasi yang sehat, ketajaman perspektif, dan mentalitas diri yang sadar. Pengetahuan mendalam sulit didapat dari informasi sampah, yang ditelan mentah-mentah, dan disikapi dengan jiwa ringkih.
 
Kita harus mengubah keinginan untuk peduli dari serpihan-serpihan perasaan yang berserakan menjadi kesadaran diri yang matang. Tanpa itu, kepedulian hanya akan berubah menjadi benci, marah dan amuk. Setelah itu tidak kita dapati dalam diri kecuali akumulasi lelah jiwa yang mengguncang perasaan. .... SEMOGA BERMANFAAT .... Tarbawi 2771.

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.